Antara fatalis dan free will


Alhamdulillah mala mini kami kembali ta’lim bersama Prof.Dr.Muslim Nasution salah seorang guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Malam ini beliau menjelaskan tentang hadits arbain karya imam nawawi yang ke empat, yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dari mulai nutfah, alaqoh, mudghah, dan idhoma. Setelah itu Allah mengutus malaikat meniupkan ruh dan menentukan azal, rizki, bahagia atau celakanya manusia.
Beliau menjelaskan bahwa hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa hadits adalah wahyu Allah yang diberikan kepada Rasulullah. Sehingga Rasulullah yang tidak pernah kuliah kedokteran itu dengan sangat baik bisa menjelaskan proses penciptaan manusia, sesuai dengan ilmu kedokteran modern. Kalau bukan wahyu Rasulullah mustahil bisa menjelaskan ilmu kedokteran padahal beliau tidak pernah sebelumnya belajar tentang ini.
Kemudian ketika beliau menjelaskan tentang taqdir, beliau menjelaskan bahwa kalau ada sesuatu yang terjadi pada manusia, itu bukan seratus persen berarti Allah sudah menentukan seperti itu, akan tetapi beliau mengatakan bahwa, Allah mengetahui bahwa manusia itu akan seperti itu. Sehingga sebenarnya disitu ada usaha yang harus dilakukan oleh manusia. Kita tidak boleh fatalis atau free will, tapi harus berada diantara fatalis dan free will. Yaitu apa yang terjadi pada manusia adalah akibat perbuatan manusia, sementara hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT.
Oleh karena itu orang beriman yakin se yakin yakinya ketika hasil itu diperoleh ada nilai kebaikan didalamnya, walaupun boleh jadi hasil itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan.